top of page

Deloitte’s 2024 Gen Z and Millennial Findings (Optimisme Gen Z dan milenial terhadap kesempatan pekerjaan)

  • Writer: GRC Team
    GRC Team
  • Nov 6, 2024
  • 9 min read

I. Pendahuluan

Deloitte telah melakukan survei terhadap 22.800 responden dari 44 negara untuk mengetahui pendapat mereka mengenai pekerjaan dan dunia di sekitar mereka. Survei ini diklaim memiliki hasil yang merepresentasikan perubahan dan kesempatan secara global. Selain itu, survei ini juga dipandang memberikan temuan berupa optimisme Gen Z dan milenial terhadap kesempatan pekerjaan di tahun-tahun yang akan datang. Selain banyak orang yang melihat bahwa ekonomi akan tumbuh di masa yang akan datang, responden juga mengungkapkan kekhawatiran-kekhawatirannya terhadap masa depan. Beberapa hal yang dikhawatirkan di antaranya adalah biaya hidup, pengangguran, perubahan iklim, kesehatan mental, dan keamanan diri atas kriminalitas.


Hal-hal utama yang ditemukan pada survei kali ini adalah sebagai berikut :

  1. Responden optimis (dengan hati-hati) terhadap ekonomi dan finansial mereka sendiri, namun ketidakpastian di dalamnya tetap ada.

  2. Tujuan memengaruhi kepuasan tempat bekerja.

  3. Environmental Sustainability menggerakkan keputusan karir dan sikap konsumen.

  4. Terdapat persepsi positif terhadap peningkatan Generative AI (Chat GPT, Gemini, dan sejenisnya) dengan experience yang lebih riil, namun terdapat juga kekhawatirannya di tempat bekerja.

  5. Work/life balance dan fleksibilitas bekerja menjadi sangat penting.

  6. Pemberi kerja harus fokus pada kesehatan mental tempat bekerja karena faktor pekerjaan memengaruhi tingkat stress,.

II. Prospek Sosial dan Ekonomi

Sebanyak satu pertiga dari total responden Gen Z dan Milenial (dengan persentasenya adalah 32% dan 31% secara berturut-turut) percaya bahwa kondisi ekonomi di negara mereka akan berkembang hingga tahun yang akan datang. Bahkan respons ini termasuk respons yang paling optimis sejak survei pada tahun 2020 yang lalu, pada saat pandemi masih mewabah. Namun, kegelisahan finansial tetap ada bagi Gen Z dan milenial (dengan persentasenya adalah 30% dan 32% secara berturut-turut). Hal tersebut demikian karena 50% Gen Z dan 56% Milenial memperoleh gaji yang hanya cukup untuk hidup (living paycheck-to-paycheck). Selain itu, biaya hidup juga menjadi perhatian utama bagi mereka yang disusul dengan pertimbangan-pertimbangan seperti perubahan iklim, pengangguran, kesehatan mental, dan keamanan diri atas kriminalitas.


Gambar 1

Grafik hasil survei terhadap tiga poin survei, yakni (1) situasi ekonomi secara keseluruhan akan meningkat, (2) situasi finansial personal akan meningkat, dan (3) situasi sosial dan politik secara keseluruhan akan meningkat kepada Gen Z dan milenial.


Berdasarkan Gambar 1 di atas, masing-masing generasi mengalami peningkatan persentase dari tahun 2023 ke tahun 2024 pada ketiga poin survei tersebut (situasi ekonomi secara keseluruhan akan meningkat (A), situasi finansial personal saya akan meningkat (B), dan situasi sosial/politik secara keseluruhan akan meningkat (C)). Namun, dari ketiga poin survei tersebut, sosial politik (C) menjadi poin survei yang paling meragukan bagi masing-masing generasi. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan persentase pemilih poin C terhadap poin survei yang lain.


Gambar 2

Grafik hasil survei Gen Z dan milenial mengenai pengaruh mereka terhadap permasalahan sosial di atas, yakni (1) menjaga lingkungan, (2) sadar akan kesehatan mental, (3) akses pendidikan, (4) kesetaraan sosial), (5) hak asasi manusai, (6) penggunaan teknologi beretika, (7) keseluruhan arah negara mereka, (8) pengentasan kemiskinan


Namun, pada kasus yang lebih menyeluruh, Gen Z dan milenial menganggap mereka memiliki andil yang besar terhadap keamanan lingkungan, kesadaran kesehatan mental, peningkatan pendidikan, kesamaan sosial dan lain-lainya berdasarkan Gambar 2 di atas. Hal tersebut dapat dilihat dengan membandingkan Gen Z terhadap milenial pada masing-masing poin survei berdasarkan Gambar 2. Persentase Gen Z dan milenial tidak berbeda secara signifikan pada masing-masing poin survei. Setidaknya, hal tersebut menunjukkan bahwa Gen Z dan milenial sama-sama siap untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. Secara garis besar, perhatian utama dari Gen Z dan milenial terhadap prospek sosial dan ekonomi adalah biaya hidup, pengangguran, perubahan iklim, dan keamanan. Selain dari perhatian utama yang telah disebutkan, Gen Z lebih menaruh perhatiannya kepada kesehatan mental, sementara milenial lebih cenderung perhatian terhadap akses kesehatan dan pencegahan penyakt. Hal tersebut demikian mungkin karena mereka sudah memiliki keluarga yang perlu mereka hidupi, termasuk akses kesehatan bagi keluarganya berupa asuransi dan lain-lain. Persentase masing-masingnya ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah ini.


Gambar 3

Perhatian utama terkait perasaan individu Gen Z dan milenial terhadap permasalahan yang dihadapi ke depan

III. Tujuan

Gen Z dan milenial sangat menghargai pekerjaan yang bergerak karena tujuan (purpose-driven work). Mereka (Gen Z 86% dan milenial 89%) menganggap bahwa memiliki sense of purpose pada pekerjaan mereka adalah hal yang sangat penting untuk kepuasan pekerjaan mereka. Bahkan Gen Z dan milenial cenderung akan menolak pekerjaan atau perusahaan jika mereka memiliki tujuan yang berbeda terhadap pekerjaan atau perusahaan tersebut.


Gambar 4

Grafik hasil survei Gen Z dan milenial yang menolak pekerjaan atau perusahaan karena perbedaan tujuan antara mereka


Berdasarkan Gambar 4 di atas, terdapat peningkatan persentase penolakan pekerjaan yang terjadi oleh masing-masing generasi dari tahun 2023 ke 2024. Dengan begitu, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat tren kenaikan nilai dari tujuan bagi kedua generasi tersebut. Di sisi lain, di antara mereka yang mengaku telah menolak tugas atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan tujuan mereka, sebanyak 31% Gen Z dan 36% milenial sadar atas peningkatan personal worth dan value (kelayakan upah atas kualitas pekerjaan). Namun, sebanyak 22% Gen Z dan 18% milenial yang menolak tugas atau pekerjaan merasa mereka tidak didengarkan dan harus tetap menyelesaikan pekerjaan tersebut. Proporsi persentase serupa mengatakan mereka mengalami pengurangan peluang kerja yang tersedia bagi mereka. Mungkin saja, tingkat pengangguran juga meningkat disebabkan oleh hal ini. Dengan meningkatnya nilai dari tujuan bagi kedua generasi, lapangan kerja yang diinginkan oleh kedua generasi tersebut menjadi lebih spesifik sehingga proses dari lamaran hingga mendapatkan pekerjaan yang diinginkan akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Sebanyak 75% Gen Z dan milenial mengungkapkan bahwa community engagement dan societal impact dari suatu organisasi menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam memilih perusahaan atau pemberi kerja yang berpotensi. Namun, hanya sebesar 49% Gen Z dan 47% milenial yang berpandangan bahwa bisnis memiliki dampak kepada masyarakat. Perbedaan nilai yang sangat jauh ini (75% dengan 49/47%) memberikan informasi bahwa terdapat ketidakpercayaan dari Gen Z dan milenial terhadap bisnis yang sedang berlangsung saat ini sehingga aspek bisnis menjadi tidak disukai bagi Gen Z dan milenial. Tiga tantangan sosial yang diduga paling dipengaruhi oleh aspek bisnis ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini.


Gambar 5

Tantangan sosial yang diduga paling dipengaruhi oleh aspek bisnis

IV. Environmental Sustainability

Keberlanjutan lingkungan atau environmental sustainability menjadi prioritas utama bagi Gen Z dan milenial. Sebanyak 62% Gen Z dan 59% milenial mengungkapkan bahwa mereka merasa khawatir dan gelisah terhadap perubahan iklim sekarang-sekarang ini. Dengan begitu, kedua generasi ini berupaya untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan (73% Gen Z dan 77% milenial). Mereka juga percaya bahwa bisnis seharusnya dapat berperan aktif dalam memengaruhi konsumen sehingga mereka dapat melakukan keputusan transaksi yang lebih berkelanjutan. (79% Gen Z dan 81% milenial).


Gambar 6

Grafik hasil survei berupa kecenderungan keputusan Gen Z dan milenial mengenai sikap terhadap keputusan

karir mereka yang menyinggung aspek lingkungan.


Berdasarkan Gambar 6 di atas, setidaknya 25 dari 100 orang dari kedua generasi ini rela kehilangan pekerjaannya demi mementingkan perhatiannya terhadap lingkungan. Hal ini cukup memberikan informasi bahwasanya kesadaran keberlanjutan lingkungan sangat tinggi di zaman sekarang.


Gambar 7

Grafik dari kecenderungan sikap Gen Z dan milenial terhadap aksi mengatasi tantangan iklim


Berdasarkan Gambar 7 di atas, persentase tertinggi untuk hal yang sudah Gen Z dan milenial lakukan adalah mencegah pembelian fast fashion (pakaian dengan tingkat produksi yang sangat tinggi dengan harga yang sangat murah) yang dipilih oleh milenial. Gen Z juga memiliki persentase yang serupa sehingga kedua nilai tersebut tidaklah signifikan. Maka, kedua generasi ini bisa jadi juga sudah mencegah pembelian barang cepat produksi dengan harga yang murah lainnya kecuali teknologi. Hal tersebut demikian karena mereka memiliki ketertarikan yang tinggi untuk membeli electric vehicle berdasarkan grafik di atas.

V. GenAI di Lingkungan Kerja

Pada dasarnya, GenAI atau generative AI adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) yang dapat membuat (generate) tulisan, gambar, video, dan data lainnya menggunakan model generatif dalam bentuk respons terhadap input atau prompts. Salah satu contoh besarnya adalah ChatGPT.  Tahun lalu (2023) mencetak terobosan pada kemajuan GenAI. Sebagai alat dan kasus penggunaan yang baru, banyak perusahaan saling berlomba-lomba untuk mengambil kesempatan yang GenAI dapat bawakan, dari membuka nilai bisnis hingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas atau bahkan menciptakan produk, pelayanan, model bisnis yang sangat baru. Teknologi tersebut memiliki potensi yang sangat besar untuk mengubah bagaimana masyarakat hidup atau bekerja.


Gambar 8

Grafik jenis-jenis perasaan responden dari masing-masing generasi terhadap keberadaan GenAI


Namun, berdasarkan Gambar 8 di atas, respons perasaan kedua generasi terhadap keberadaan GenAI yang paling tinggi adalah ketidakpastian (uncertainty). Hal ini terjadi karena kebanyakan dari orang yang merasa tidak pasti terhadap GenAI adalah orang-orang yang belum menggunakan GenAI pada pekerjaan. 27% Gen Z dan 34% milenial mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan GenAI di tempat bekerja. Sementara, 42% Gen Z dan 38% milenial terkadang atau bahkan jarang menggunakannya.


Gambar 9

Perbandingan persentase hasil pilihan pengguna GenAI dan total responden mengenai perasaan mereka

terhadap keberadaan GenAI


Berdasarkan Gambar 9 di atas, persentase ketidakpastian bagi pengguna GenAI sangat kecil dibandingkan dengan persentase total responden. Hal tersebut cukup menggambarkan bahwa mereka yakin bahwa GenAI akan menjadi teknologi yang sangat membantu pekerjaannya. Sebagaimana pula excitement dan trust yang sangat tinggi bagi pengguna GenAI, GenAI menjadi teknologi yang dipercaya.


Gambar 10

Tiga poin survei yang ditujukan kepada pengguna GenAI dan bukan pengguna GenAI mengenai pengaruh

keberadaan GenAI terhadap peluang pekerjaan bagi mereka


Berdasarkan Gambar 10 di atas, seluruh kalangan, baik total responeden, pengguna setia GenAI, pengguna GenAI tak berkala, maupun bukan pengguna GenAI memberikan tanggapan setuju terhadap poin survei “Persentase orang yang percaya bahwa otomasi yang digerakkan oleh GenAI akan menyebabkan berkurangnya lapangan kerja” tersebut dengan persentase yang sangat tinggi. Berdasarkan hal tersebut, pengguna GenAI sendiri juga merasa GenAI dapat menjadi saingan mereka di tempat kerja. Namun “ancaman” tersebut dapat diminimalkan dengan mencari pekerjaan yang tidak rentan terhadap otomasi oleh GenAI. Maka dari itu, responden juga memilih untuk berhati-hati berdasarkan hasil survei pada poin survei “Persentase orang yang menganggap bahwa kehadiran GenAI akan membuat mereka mencari kesempatan kerja yang tidak rentan terhadap otomasi”. Namun, mereka juga menganggap bahwa generasi yang lebih muda akan merasa lebih sulit untuk bekerja karena keberadaan GenAI. Hal tersebut demikian mungkin karena teknologi bisa jadi menerapkan otomasi terhadap pekerjaan-pekerjaan manual yang mana entry-level workers hanya bisa lakukan.

Selain perbandingan secara umum antar generasi, perbandingan antar gender juga memiliki fakta-fakta statistik yang menarik. Wanita cenderung lebih merasa tidak pasti terhadap GenAI daripada pria dan merasa lebih tidak nyaman bekerja bersama GenAI. Wanita dari masing-masing generasi merasa tidak pasti terhadap GenAI dengan persentase yang sama, yakni 28%. Sementara itu, pria GenZ dan milenial memiliki perbedaan persentase, secara berturut-turut adalah 20% dan 24%. Dengan begitu, wanita cenderung tidak ingin mengambil pelatihan yang berhubungan dengan GenAI dibandingkan dengan pria. Selain itu semua, berikut adalah beberapa data lain terkait perbedaan wanita dan pria dalam menanggapi keberadaan GenAI.


VI. Work Patterns

Sebanyak 46% dari milenial dan 36% Gen Z mengakui bahwa pekerjaan adalah tempat kedua setelah teman dan keluarga, yaitu sebagai identitas mereka. Bagi milenial, teman, keluarga, dan pekerjaan dapat berjalan beriringan dengan aktivitas sampingan seperti hobi, olah raga, volunteering, dan lain-lain. Namun, bagi GenZ, aktivitas sampingan seperti membaca, bermain atau mendengarkan musik, menonton pertunjukan, dan lain-lain memiliki prioritas yang sama dengan pekerjaan.

Namun, bagi kedua generasi tersebut, pekerjaan bukanlah segalanya. Work/life balance akan selalu menjadi prioritas mereka. Di atas work/life balance, peluang belajar, peluang berkembang, dan gaji merupakan tiga faktor utama bagi Gen Z dan milenial dalam menentukan perusahaan atau pemberi kerja. Selain itu, lingkungan kerja yang baik, waktu bekerja yang fleksibel, peluang-peluang berprogres dan pekerjaan yang bernilai menjadi prioritas selanjutnya. Berikut adalah list hasil survei secara ringkas terkait work patterns kedua generasi.


VII. Kesehatan Mental

Sebagian besar kondisi yang sudah dipaparkan sebelumnya pada banyak grafik sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental pekerja Gen Z dan milenial, terutama pada permasalahan tujuan, ketidakpastian, dan work/life balance. Berikut adalah Gambar 10 yang memaparkan grafik mengenai hal tersebut.


Gambar 11

Grafik mengenai pilihan kondisi menurut kedua generasi yang menyebabkan mereka gelisah atau stres


Berdasarkan grafik di atas, kedua generasi memberikan perbedaan hasil yang signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa aspek-aspek di atas merupakan aspek yang sangat berkontribusi bagi munculnya stress ataupun anxiety bagi mereka. Aspek yang terasosiasi dengan work/life balance, tujuan, dan ketidakpastian mendominasi dari total sembilan poin survei tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa Gen Z dan milenial membutuhkan lingkungan kerja yang baik juga sebagaimana yang telah disampaikan pada bahasan Work Patterns.

VIII. Our Key Takeaways

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hampir 10 juta penduduk berusia 15-24 tahun (Gen Z) sedang dalam keadaan menganggur atau NEET (Not Employment, Education, or Training). Hal tersebut tentu perlu menjadi perhatian khusus bagi penyedia lapangan kerja dalam menentukan keputusan bisnis yang tepat. Sementara itu, walaupun milenial sudah menginjak rata-rata umur di 30-an tahun, milenial menjadi generasi yang berkontribusi besar terhadap roda perekonomian di masa sekarang. Dengan begitu, setidaknya, terdapat 4 poin yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan-keputusan bisnis terkait Gen Z dan milenial.


  1. Kebanyakan dari Gen Z dan milenial menggunakan GenAI sehingga lingkup pekerjaan yang melibatkan GenAI namun tidak rentan terhadap otomasi akan menjadi daya tarik bagi kedua generasi tersebut.

  2. Pelatihan pengembangan otomasi menggunakan GenAI bagi entry-level workers akan memberikan dampak yang signifikan bagi berbagai perusahaan.

  3. Gen Z dan milenial cenderung mengutamakan kesehatan mental di banyak aspeknya, termasuk di dunia pekerjaan, sehingga work/life balance dan waktu kerja fleksibel perlu diterapkan pada lingkungan bekerja mereka.

  4. Kebijakan dan dampak lingkungan suatu perusahaan dari hulu ke hilir perlu menjadi perhatian utama untuk memberikan daya tarik bagi Gen Z dan milenial dalam melamar pekerjaan pada perusahaan tersebut.

Commenti


bottom of page