Indonesia Siap Hilirisasi Kemenyan: Bukan Sekadar Mistis, tapi Komoditas Mewah Bernilai Global
- GRC Insight

- Jul 25
- 2 min read

Dewan Ekonomi Nasional (DEN) dan Wakil Presiden Indonesia mendorong hilirisasi kemenyan sebagai strategi nasional untuk meningkatkan nilai ekspor dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global industri parfum, kosmetik, dan farmasi. Pernyataan ini disampaikan setelah ditemukannya tingginya permintaan pasar Eropa terhadap kemenyan Indonesia, terutama dari merek ternama seperti Louis Vuitton dan Gucci.
Selama ini, Indonesia dikenal sebagai penghasil kemenyan terbesar dunia—memasok lebih dari 80% kebutuhan global. Namun, ekspor Indonesia masih didominasi oleh bahan mentah. Pada 2024, volume ekspor tercatat sekitar 43.000 ton dengan nilai US$52 juta. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2023, meski potensi sesungguhnya jauh lebih besar—mengacu pada estimasi pasar global senilai US$23 miliar.
Kawasan Danau Toba di Sumatera Utara menjadi pusat produksi utama. Namun, ironisnya, di dalam negeri, kemenyan kerap diasosiasikan dengan praktik mistis atau perdukunan. Padahal di luar negeri, kemenyan Indonesia digunakan secara luas untuk produksi parfum mewah, lilin aromaterapi, perekat medis, hingga bahan makanan dan minuman herbal.
Negara-negara tujuan ekspor utama meliputi China, India, Bangladesh, Mesir, serta pasar premium di Prancis, Italia, dan Rusia. Di gereja Ortodoks dan kuil Hindu, kemenyan Indonesia juga digunakan dalam ritual religius karena kualitas aromanya yang khas.
Mendorong hilirisasi berarti mendorong produksi lokal produk turunan bernilai tinggi seperti essential oil, kosmetik organik, parfum artisan, atau bahan medis berbasis resin. Ini sejalan dengan prioritas pemerintah dalam memperkuat industri berbasis sumber daya alam terbarukan sekaligus menciptakan lapangan kerja di sektor riset, manufaktur, dan pemasaran.
Pemerintah tengah mempersiapkan infrastruktur pendukung termasuk pusat riset dan laboratorium pengolahan untuk mendorong inovasi di sektor ini. Langkah hilirisasi ini sejalan dengan strategi besar pemerintah dalam memperluas basis ekspor non-tradisional, mengurangi ketergantungan pada komoditas primer, serta mendorong pertumbuhan UMKM berbasis kekayaan hayati lokal.
Dengan peluang pasar yang besar dan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi produsen utama produk turunan kemenyan, bukan sekadar sebagai pemasok bahan mentah dunia.
Sumber:


