Mengenal Patriot Bond: Instrumen Investasi Baru BPI Danantara dengan Kupon 2%.Tantangan dan Peluang Investasi Private Placement
- GRC Insight

- Sep 12
- 3 min read

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) telah meluncurkan instrumen pembiayaan strategis yang menarik perhatian pasar keuangan Indonesia. Patriot Bond, demikian nama surat utang ini, dirancang khusus untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional dengan target penghimpunan dana sebesar Rp 50 triliun.
Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, menjelaskan bahwa Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan yang lazim digunakan di berbagai negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. Konsep ini bukanlah hal yang baru dalam dunia investasi global, namun implementasinya di Indonesia memiliki karakteristik unik yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan nasional.
"Melalui obligasi ini, negara memperoleh sumber pendanaan jangka menengah-panjang yang stabil, sementara pelaku usaha memiliki akses pada instrumen investasi yang aman dan bermanfaat bagi perekonomian nasional."
Yang menarik dari Patriot Bond adalah mekanisme penerbitannya yang menggunakan sistem private placement. Artinya, surat utang ini tidak tersedia secara bebas di pasar dan hanya ditawarkan kepada sekelompok kecil investor terpilih, khususnya konglomerat dan kelompok usaha besar di Indonesia. Investor ritel tidak dapat mengakses instrumen investasi ini secara langsung.
Prinsip dasar yang mengusung Patriot Bond adalah partisipasi sukarela dan tanggung jawab bersama dalam membangun Indonesia. Skema ini membuka ruang bagi kelompok usaha nasional untuk berkontribusi pada agenda pembangunan lintas generasi, sekaligus memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Dana yang terhimpun dari obligasi ini akan dialokasikan untuk sektor energi, transisi energi, dan berbagai proyek strategis lainnya.
Jika dibandingkan dengan pengalaman Amerika Serikat, Patriot Bond pernah diterbitkan pada tahun 2001 dan 2011 sebagai respons terhadap serangan teroris. Obligasi tersebut pada dasarnya merupakan obligasi Seri EE yang diterbitkan untuk membantu mendanai upaya pemulihan dan pertahanan negara, dengan tenor hingga 30 tahun dan opsi pencairan setelah satu tahun.
Namun, tantangan utama Patriot Bond Indonesia terletak pada daya tariknya bagi investor. Dengan menawarkan kupon sebesar 2%, instrumen ini berada jauh di bawah imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia yang saat ini mencapai 5,9% untuk tenor lima tahun dan 6,16% untuk tenor tujuh tahun. Bahkan jika dibandingkan dengan Obligasi Negara Ritel (ORI) yang menawarkan kupon hingga 6,4%, Patriot Bond tampak kurang kompetitif dari segi return.
Chief Economist Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail, memberikan pandangan yang cukup optimis terhadap dampak Patriot Bond pada likuiditas pasar obligasi nasional. Menurutnya, nilai emisi sebesar Rp 50 triliun tidak akan berdampak signifikan mengingat lelang surat utang negara yang digelar setiap pekan dapat mencatatkan penawaran hingga Rp 28 triliun per pekan, sementara outstanding obligasi korporasi nasional mencapai sekitar Rp 580 triliun.
Meski demikian, keberhasilan Patriot Bond akan sangat bergantung pada kemampuan Danantara dalam mengeksekusi proyek-proyek yang didanai dengan baik. Jika dana hasil penerbitan ini benar-benar ditujukan untuk proyek energi terbarukan atau pengolahan sampah, hal ini dapat menciptakan dampak positif yang signifikan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pengolahan sampah mencapai sekitar 590.000 orang pada tahun lalu.
Tujuan strategis di balik Patriot Bond adalah menarik kembali dana milik investor-investor besar Indonesia yang selama ini ditempatkan di luar negeri. Selisih imbal hasil yang signifikan antara obligasi Indonesia dengan negara maju, seperti US Treasury yang berada di kisaran 4,5% untuk tenor 10 tahun dibandingkan SUN yang mencapai 6,3%, telah mendorong banyak pengusaha Indonesia untuk memarkir dana mereka di luar negeri.
Risiko crowding out effect juga menjadi perhatian serius dalam penerbitan Patriot Bond. Fenomena ini terjadi ketika pemerintah dan pihak swasta bersaing memperebutkan dana yang tersedia di pasar keuangan. Untuk menghindari hal ini, Danantara perlu mempertimbangkan penggunaan instrumen lain jika ingin meningkatkan outstanding dari Rp 50 triliun ke nilai yang lebih besar di masa mendatang.
Patriot Bond Indonesia merepresentasikan upaya inovatif dalam mobilisasi dana domestik untuk pembangunan nasional. Meski menghadapi tantangan dari segi daya tarik return, instrumen ini membuka peluang bagi sektor swasta untuk berpartisipasi aktif dalam agenda pembangunan jangka panjang. Keberhasilan implementasinya akan sangat bergantung pada transparansi penggunaan dana dan kemampuan eksekusi proyek yang menjadi fokus investasi.
Sumber:


