top of page

Microsoft PHK 6.000 Karyawan Termasuk Direktur AI, Refleksi di Tengah Ekspansi Teknologi

  • Writer: GRC Insight
    GRC Insight
  • 5 days ago
  • 2 min read


Microsoft baru-baru ini mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 6.000 karyawan, setara dengan 3% dari total tenaga kerja global yang mencapai 228.000 orang per pertengahan 2024. Ini merupakan gelombang PHK terbesar sejak Januari 2023, ketika perusahaan memberhentikan 10.000 karyawan atau hampir 5% dari total pegawai.


Di antara yang terdampak adalah Gabriela de Queiroz, Direktur Artificial Intelligence (AI) untuk Microsoft for Startups. Melalui media sosial, Gabriela mengungkapkan kesedihannya sekaligus rasa hormat kepada rekan-rekan yang terkena PHK, "Mereka adalah orang-orang yang peduli, bekerja keras di luar batas, dan benar-benar memberikan kontribusi besar."


PHK ini berdampak pada berbagai lini bisnis Microsoft, termasuk LinkedIn, divisi perangkat lunak, produk, pemasaran, dan tim AI. Di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, AS, sekitar 1.985 pekerja terkena dampak, mayoritas insinyur perangkat lunak dan manajemen produk.


Fenomena ini terjadi di tengah tren PHK massal dalam industri teknologi global. Per awal Mei 2025, tercatat lebih dari 51.000 pekerja teknologi di seluruh dunia kehilangan pekerjaan, dengan hampir separuhnya terjadi hanya pada bulan April. Sepanjang tahun 2024, lebih dari 150.000 pekerja teknologi telah di-PHK dari ratusan perusahaan.


Ironisnya, pemutusan hubungan kerja ini berlangsung bersamaan dengan ekspansi pesat bisnis AI Microsoft. CEO Satya Nadella menyatakan bahwa AI merupakan lini bisnis tercepat yang pernah meraih pendapatan tahunan sebesar 10 miliar dolar AS. Pada kuartal yang berakhir September 2024, pendapatan Microsoft meningkat 16% menjadi 65,6 miliar dolar AS, dengan pendapatan cloud yang didorong AI tumbuh 22%.


Microsoft terus melakukan investasi besar di bidang AI, termasuk pengembangan fitur AI coding agent di GitHub Copilot dan menjalin kolaborasi dengan perusahaan seperti OpenAI, xAI, dan Meta. Namun, restrukturisasi ini bertujuan untuk memangkas lapisan manajemen dan membangun tim berkinerja tinggi yang lebih adaptif dalam menghadapi dinamika pasar.


Gabriela de Queiroz memilih bertahan lebih lama selama masa transisi, tetap menghadiri pertemuan dan menyelesaikan tugas-tugas yang masih bisa ditanganinya. Meski mengalami PHK, dia tetap optimis, "Senyum saya, rasa syukur, dan keyakinan bahwa setiap hari adalah hadiah — semuanya masih ada."


Kisah Gabriela menjadi simbol ironi sekaligus pengingat tentang sisi kemanusiaan dalam perubahan industri teknologi yang begitu cepat. Kami di Ganesa Research and Consulting berharap para profesional yang terdampak dapat menemukan peluang baru dan tetap bersemangat menghadapi tantangan masa depan.

bottom of page