top of page

Minat Baca Masyarakat Indonesia Meningkat! Gen Z penyumbang terbesar

  • Writer: GRC Insight
    GRC Insight
  • 16 hours ago
  • 3 min read
ree


Kabar menggembirakan datang dari dunia literasi Indonesia. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Tingkat Kegemaran Membaca masyarakat Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam empat tahun terakhir. Yang lebih menarik, generasi muda atau Gen Z ternyata menjadi kontributor terbesar dalam lonjakan positif ini. Di tengah era digital yang sering dianggap sebagai ancaman bagi budaya membaca, fakta ini memberikan harapan baru bahwa literasi tetap memiliki tempat istimewa di hati anak muda Indonesia.


Indeks Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) nasional pada tahun 2024 mencapai angka 72,44 menurut data Badan Pusat Statistik. Angka ini merupakan pencapaian tertinggi dalam lima tahun terakhir. Perjalanan peningkatan dimulai dari 55,74 pada tahun 2020, naik menjadi 59,52 di tahun 2021, terus ke 63,9 pada tahun 2022, dan mencapai 66,77 di tahun 2023. Lompatan sebesar 16,7 poin dalam empat tahun ini membuktikan bahwa upaya mendorong budaya literasi mulai membuahkan hasil. Survei besar yang melibatkan 174.226 responden dari 38 provinsi dan 514 kabupaten kota ini bahkan melampaui target Perpustakaan Nasional sebesar 71,3 untuk tahun 2024.


TGM sendiri mengukur berbagai aspek kebiasaan membaca secara komprehensif, termasuk frekuensi membaca buku, durasi waktu yang dihabiskan untuk membaca, jumlah buku yang diselesaikan dalam satu triwulan, hingga seberapa sering seseorang mengakses internet untuk mencari informasi. Meski menunjukkan tren positif, skor 72,44 masih menempatkan Indonesia dalam kategori sedang dengan rentang nilai 50,1 hingga 75.


Yang paling mencuri perhatian adalah peran signifikan Gen Z dalam fenomena ini. Survei khusus GoodStats terhadap 203 responden Gen Z mengungkapkan bahwa 84,7 persen dari mereka gemar membaca buku. Bahkan 27,1 persen memiliki kebiasaan membaca setiap hari, sementara 47,3 persen membaca beberapa kali dalam seminggu. Mayoritas atau 49,3 persen menghabiskan waktu 30 hingga 60 menit untuk membaca setiap kali mereka memegang buku. Konsistensi ini menunjukkan bahwa meskipun hidup di tengah kesibukan dan berbagai distraksi digital, Gen Z tetap mampu meluangkan waktu khusus untuk membaca.


Lebih menarik lagi, di tengah kemudahan akses e-book, buku fisik masih menjadi pilihan utama dengan 73,4 persen responden Gen Z memilihnya dibanding format digital. Tujuh puluh persen dari mereka mengaku bisa lebih berkonsentrasi ketika membaca buku fisik karena tidak ada gangguan dari notifikasi media sosial. Sensasi memegang buku, aroma kertas, dan pengalaman membolak-balik halaman ternyata masih memiliki daya tarik yang tidak tergantikan. Dari segi genre, 79,8 persen Gen Z lebih suka membaca buku fiksi dan non-fiksi, menunjukkan keseimbangan antara mencari hiburan dan menambah pengetahuan.


Meski tren nasional menunjukkan peningkatan, realitas di lapangan mengungkap kesenjangan yang sangat mengkhawatirkan. Peningkatan ini belum merata di seluruh wilayah. Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, berhasil menjadi provinsi dengan tingkat kegemaran membaca tertinggi dengan skor Tingkat Gemar Membaca (TGM) 79,99 dan Indeks Pembangunan Literasi (IPL) 86,39, dengan kebiasaan membaca lima hingga enam kali per minggu dengan durasi satu hingga dua jam setiap harinya. Namun kontras yang mencolok terjadi di Indonesia bagian timur dimana Papua Pegunungan mencatat skor TGM terendah nasional di angka 38,83 dengan IPL hanya 35,25, bahkan belum mencapai kategori sedang. Provinsi-provinsi Papua lainnya juga masih berada di bawah rata-rata nasional. Kesenjangan ini bukan tanpa sebab karena Indeks Pembangunan Literasi di wilayah tersebut juga rendah. Kondisi ini mencerminkan minimnya infrastruktur literasi, terbatasnya akses terhadap bahan bacaan berkualitas, dan lemahnya ekosistem pendidikan di Indonesia timur, menjadikan agenda pemerataan sebagai prioritas mendesak.


Namun ketika diperluas ke perspektif global, tantangan Indonesia masih cukup besar. Berdasarkan data CEOWORLD Magazine tahun 2024, dalam konteks ASEAN, Indonesia menempati peringkat ketiga dengan rata-rata membaca 5,91 buku per tahun atau 129 jam, di bawah Singapura yang memimpin dengan 6,72 buku per tahun,. Secara global, Indonesia berada di peringkat ke-31 dari 102 negara yang disurvei. Data survei nasional GoodStats juga menunjukkan baru 20,7 persen masyarakat yang rutin membaca setiap hari, mengindikasikan pekerjaan rumah yang masih panjang.


Menghadapi tantangan ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya strategis mulai dari pelaksanaan Gerakan Nasional Gemar Membaca, Program Merdeka Belajar, pengembangan ekosistem digital literasi, transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, hingga berbagai gerakan literasi di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat terus digalakkan. Kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan aktivis literasi menjadi kunci keberhasilan dalam membangun ekosistem literasi berkelanjutan.


Data menunjukkan dualitas yang menarik. Di satu sisi, TGM dari BPS memberikan optimisme dengan tren positif dan kontribusi besar Gen Z. Di sisi lain, peringkat global mengindikasikan perjalanan masih panjang. Berbagai faktor seperti budaya lisan yang masih kuat, tantangan era digital, ketimpangan ekonomi dan akses, serta sistem pendidikan yang belum optimal berkontribusi pada kondisi ini. Diperlukan upaya terintegrasi dari seluruh pihak untuk menumbuhkan budaya membaca yang kuat.


Ke depannya, dengan Gen Z sebagai motor penggerak dan berbagai program yang terus berjalan, ada harapan besar Indonesia bisa mencapai kategori tinggi dalam TGM dan meningkatkan posisi global. Gen Z telah membuktikan bahwa membaca dan teknologi bisa berjalan beriringan. Dengan meningkatkan minat baca dan literasi, kita tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi juga membuka pintu menuju kemajuan dan daya saing global yang lebih baik.


Sumber:


 
 
bottom of page